Kamis, 28 Juli 2011

Mungkin dengan ngblog aku bisa berbagi...
Masalah menantu n mertua ini bukan masalah langka, banyak malah. Trutama trjadi antara menantu perempuan dgn ibu mertu. Aku merasakannya sendiri. Ketidakcocokan, mungkin itu intinya. Perasaan slalu disalahkan sbg menantu, dibicarakan dari belakang, disindir, pokoknya hal2 sepele yg bikin hati puanas n su'udzon.
Di lain pihak aku tetap berprinsip bagaimana membantu suami untuk taat. Aku tahu ibu n ayah mertua udah tua. Tp aku seringkali tidak betah drumah mertua. Baru sehari serasa udah 3 hari. Aku sampe kaget ndiri kalo saat itu bru sehari.
Aku tidak memungkiri kebaikan beliau.
Tp trus trang, aku gak sanggup denger omelan panas. Ingin rasax menjauh. Oleh krn itu aku sdikit lega ketika suamiku membolehkan untuk tinggal jauh dr rmh ortunya.
Tp hari ini aku bgtu trenyuh menonton sinetrn ramadhan dr sujud ke sujud, trutama dgn rumah tangga husna n ilyas. Seolah2 mempresntatifkn apa yg ku rasakn. Trutama tokoh husna.
Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Engkau mengaruniakan hamba anak perempuan, maka berilah ia laki2 sholeh dan ibu bpk mertua yg sholeh yg tdk pernah menyakitinya lahr dan batin.
Yg menjadi org tuanya jg, yg dia kasihi dan taati, shg dpt menolong suaminya mendptkn ridoMu. Shg kmi bkumpul djannahMu brsama para nabiMu dgn org2 yg kmi sayangi. Amien

Kamis, 25 Juni 2009

Pesisir Tabanio dan Bendungan Damit

Tabanio
Wilayah pesisir adalah suatu jalur saling mempengaruhi antara darat dan laut, yang memiliki ciri geosfer yang khusus, ke arah darat dibatasi oleh pengaruh sifat-sifat fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses alami serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan di darat. Pada bentang lahan pesisir (coastal landscape) tercakup perairan laut yang disebut dengan pantai atau tepi laut, suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas efektif dari gelombang. Pertemuan antara air laut dan daratan ini dibatasi oleh garis pantai (shore line), yang kedudukannya berubah sesuai denga kedudukan pada saat pasang surut, pengaruh gelombang dan arus laut.

Ekosistem pantai merupakan salah satu lahan basah yang memiliki berbagai manfaat. Namun manfaat tersebut juga terancam oleh berbagai bencana atau dinamika ekosistem pantai yang seringkali melanda pesisir pantai sehingga dapat mengurangi manfaat tersebut. Secara ekologis terdapat fenomena dinamis seperti: abrasi, akresi, erosi, deposisi dan intrusi air laut. Di samping itu, masih terdapat juga fenomena nonalamiah seperti: pembabatan hutan mangrove untuk pertambakan, pembangunan dermaga/jetty untuk pendaratan ikan dan reklamasi pantai. Gejala yang umum terjadi di wilayah kepesisiran adalah interaksi faktor alam dan aktivitas manusia secara bersamaan, sebagai penyebab adanya ketidakseimbangan siklus biogeokimia (Cook dan Doornkamp, 1990). Permasalahan lingkungan lain yang sering terjadi diwilayah perairan pantai, adalah; pencemaran, banjir, dan penurunan biodiversitas pada ekosistem mangrove dan rawa, serta permasalahan sosial ekonomi.

Pesisir Pantai Tabanio menghadapi salah satu ancaman ekologis tersebut yaitu abrasi, dimana abrasi yang terjadi pertahunnya sekitar 5-7 m. Nilai ini merupakan nilai yang tergolong besar dan mencengangkan. Jika tidak segera diambil tindakan cepat dan serius dapat diperkirakan kerusakan yang ditimbulkan di masa mendatang dan akibatnya bagi masyarakat dan generasi penduduk di desa ini khususnya dan masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya.
Pantai Tabanio

Masalah yang tidak kalah penting di daerah Pesisir Tabanio adalah masalah kiriman sampah dari hempasan gelombang pantai. Di daerah ini seringkali dihampiri sampah baik organik (bagian tumbuhan dan kotoran hewan) dan anorganik karena memiliki jarak yang dekat dengan muara. Sampah yang datang dari darat dan hanyut terbawa arus sungai akan tertumpuk di daerah muara, dan dengan adanya gelombang dari laut akan menggerakkan sampah dan menyebarkannya ke tepi pantai di dekatnya.

Endapan lumpur dari daerah muara merubah warna air di tepi pantai. Lumpur dari daerah muara ini akan mengalir ke pantai dan semakin lama akan terdorong ke samping akibat arus sungai dan gerakan gelombang air laut. Banyaknya lumpur mengakibatkan warna air menjadi keruh dan terjadi pendangkalan di daerah sekitarnya sehingga jika terjadi air pasang dapat mengakibatkan banjir yang membawa lumpur ini ke daratan. Jarak antara garis air pantai dengan bibir pantai ± 10 m dengan perkiraan abrasi pertahunnya sekitar 5 m. Masalah ini dapat mengurangi keindahan Pantai Tabanio, ditambah lagi dengan penumpukan lumpur sehingga air pantai tampak keruh. Oleh karena itu diperlukan tindak lanjut dalam pengelolaan pesisir ini.

Vegetasi yang mendominasi di Pesisir Tabanio adalah jenis tumbuhan yang toleran terhadap kondisi salinitas yang tinggi. Formansi yangtinggo formasi vegetasi alami meliputi golongan herba seperti kangkung darat (Ipomaea pes-caprae), tapak liman (Elephantopus scaber), jenis rerumputan rumput pantai (Paspalum vaginatum), dan golongan pohon seperti waru (Hibiscus tiliaceus), pandan (Pandanus tectorius), mangga (Mangifera indica), kedondong (Spondias dulcis), serta semak seperti orok-orok (Chrotalaria sp) dan lainnya. Jenis fauna yang banyak ditemui di sekitar pantai adalah kepiting kecil, burung, dan ikan.

Paspalum vaginatum

Kepiting kecil
Solusi
Adapun solusi yang dapat ditempuh untuk mengatasi abrasi yang terjadi diantaranya dengan penanaman hutan bakau, pembangunan siring, serta memberikan penyuluhan kepada warga desa (pendekatan), dan memasukkan pendidikan lingkungan berbasis pantai dalam kurikulum pendidikan sejak dini atau dasar. Sementara untuk masalah sampah, diperlukan keterlibatan ”tangan kreatif” untuk memberikan sentuhan seni dan pemanfaatan untuk pembuatan energi alternatif seperti pembuatan briket sampah dari sampah organik, pembuatan kompor biogas dan lainnya.

Damit
Damit adalah salah satu daerah yang memiliki bendungan dan merupakan salah satu daerah tangkapan air yang sangat penting yang terletak di kawasan selatan Pulau Kalimantan. Bendungan ini dikelilingi oleh bukit yang sebagiannya banyak ditanami dengan kelapa sawit dan karet atau bisa dikatakan berupa vegetasi yang homogen, tapi sebagiannya lagi berupa bukit gundul yang tampak sebagai hamparan ilalang. Pada awal terbentuknya danau ini mula-mula hanya berupa danau kecil, tetapi semakin lama air hujan yang mengalir dari perbukitan di sekitarnya tidak terbendung karena kemampuan penyerapan air hujan semakin berkurang akibat turunnya jumlah pepohonan atau hutan disekitarnya, ditambah lagi dengan penanaman kelapa sawit yang bersifat rakus air tetapi tidak begitu baik dalam menyimpan atau menyerap air menjadikan danau ini semakin melebar dan menenggelamkan daerah disekitarnya.

Bendungan Damit

Siklus Hidrologi yang terjadi di Bendungan Damit yaitu proses evaporasi yang merupakan proses penguapan air ke atmosfer dari tubuh-tubuh air yang ada di bumi baik dari laut, sungai atau anak sungai kecil dan dari danau. Kemudian dilanjutkan dengan proses evapotranspirasi yang merupakan gabungan dari proses penguapan air yang terkandung di tanah yaitu soil moisture dari zona perakaran dan aktivitas vegetasi (transpirasi) dengan proses evaporasi serta proses terakhirnya adalah presipitasi (hujan) yang merupakan proses mengembalikan air tersebut dari atmosfer ke Bendungan Damit.

Masyarakat di daerah ini hidup dari bertani, budidaya ikan, berkebun, dan lain-lain. Air yang mengalir dari bendungan dibuat irigasi kecil di sepanjang sawah dan kebun sehingga dapat mencukupi kebutuhan perairan sawah dan perkebunan di daerah tersebut. pH air hasil pengukuran adalah 8 dengan warna air jernih atau tidak begitu keruh. Kecepatan arus air yang mengalir di sepanjang irigasi termasuk deras, sehingga air yang berasal dari bendungan memiliki peran yang sangat penting bagi pengairan di sawah dan kebun.

Sawah di dekat Bendungan Damit

Jika dilakukan pengelolaan yang baik, Bendungan Damit memiliki potensi yang besar sebagai daerah tangkapan air, tetapi dilihat dari kondisi hidrologi dan kondisi perbukitan yang mengelilinginya Danau Damit ini tidak begitu baik untuk dijadikan daerah tangkapan air. Karena dapat dibayangkan jika terjadi hujan yang sangat lebat dan berlangsung lama dapat mengakibatkan longsor atau erosi dan meluapnya air danau dan jebolnya tanggul, sehingga dapat menyapu atau merendam sawah disekitarnya yang dapat merugikan sawah para petani dibawahnya.
Solusi
Adapun hal-hal penting yang dapat dilakukan untuk menjaga danau ini sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dikemudian hari adalah:
1. penyusunan program pelestarian sumberdaya air dan tanah.
2. pelaksanaan program pelestarian
3. reboisasi, penghijauan dan konservasi tanah (teras bangku)
4. dalam embuatan petak percontohan dan penyuluhan
5. pembuatan bangunan pengendali erosi dan sedimen untuk mengurangi resiko yang dapat terjadi


Referensi:


Cooke, R.U. and J.C. Doornkamp. 1990. Geomorphology in Environmental Management. 2nd ed. New York, USA: Oxford Univ. Press, inc.


Notohanagoro, T. 2006. Perspektif Pemanfaatan Lahan Basah: Maslahat dan Mudharat.http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1991/1996%20pers.pdf
.
Diakses tanggal 14 Juni 2009.


Notohanagoro, T. 2006. Pemanfaatan Lahan Basah: Kontroversi yang Tidak Ada Habisnya. http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1991/1996%20pema.pdf.
Diakses tanggal 14 Juni 2009.


Putinella, J. D. 2002. Permasalahan dan Dinamika Pantai Pada Daerah Wisata Pantai Baron dan Krakal, Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Jumat, 17 April 2009

TUGAS EKOLOGI HEWAN

Soal Midtest Ekologi Hewan
  1. Jika hewan betina jadi penentu teritori, sebutkan dan jelaskan mekanisme yang dilakukan untuk mempertahankan teritori tersebut.
  2. Jika hewan jantan menjadi penentu teritori, maka dia akan mempertahankan berdasarkan kualitas teritorinya. Semakin baik kualitas teritori semakin besar energi/harga yang harus dikeluarkan/dibayarkan. Jelaskan maksud pernyataan diatas.
  3. Dalam menggunakan kemampuan kemampuan mengubah warna (Biocoloration) apa perbedaan antara karakter interspesipic dan intraspesific dan bagaimana proses itu dapat berlangsung.
  4. Apa perbedaan antara Mulerian dan Batesian coloration, berikan contoh siapa yang menggunakan dan untuk tujuan apa kedua fenomena ini terjadi. Apa manfaat kedua proses tersebut bagi hewan.

Jawaban

  1. Jika hewan betina yang jadi penentu teritori, biasanya hewan betina lebih cerewet dibandingkan pejantan dan lebih galak terlebih dimasa setelah melahirkan dan membesarkan anaknya, mekanisme yang seringkali dilakukan oleh hewan betina tersebut untuk mempertahankan teritori adalah bersuara dengan keras untuk mengontrol teritorialnya seperti yang dilakukan oleh Owa Jawa yang setiap pagi atau sore bersuara/bernyanyi untuk memberitahukan kepada hewan lain agar teritorinya tidak diusik, ataupun berupa bau-bauan dan gonggongan seperti pada anjing dan kicauan burung.  
  2. Semakin baik kualitas teritori semakin besar energi/harga yang harus dikeluarkan/dibayarkan, maksudnya adalah semakin baik atau semakin banyak sumber ataupun keuntungan yang didapatkan hewan dari teritorinya (terutama SDA) baik keuntungan dari segi ketersediaan makanan ataupun untuk kawin dan membesarkan anaknya maka hewan akan benar-benar mempertahankannya, dan jika ada hewan lain yang melewati atau mengganggu teritorinya maka hewan pemilik teritori tidak akan segan untuk mengusir hewan pengganggu baik berupa peringatan bahkan dapat terjadi perkelahian yang dapat mengakibatkan kematian yang tentunya memerlukan energi yang banyak selama mempertahankannya. Hewan pemilik teritori juga akan selalu menjaga teritorinya dengan teratur dan tentu saja berbagai penandaan teritori ini memerlukan energi, dan jika dibayangkan hewan tidak hanya sekali melakukan penandaan.
  3. Perbedaan antara karakter interspesific dan intraspesific adalah pada karekter interspesific hanya melibatkan satu jenis spesies atau individu yang dalam pewarnaannya menunjukkan warna tubuh yang yang bervariasi (1 individu mampu menunjukkan perubahan warna berbeda) sesuai warna background yang ditempatinya untuk melindungi diri seperti dalam aposematisme pada katak Dendrobates pumilio, sedangkan pada karakter interspesifik satu inidividu (1 spesies) meniru warna spesies yang berbeda dari spesiesnya (terdapat model yang ditiru) dan hewan model dapat berupa hewan berbisa ataupun hewan sejenisnya tapi tidak satu spesies. Proses pewarnaan interspesifik terjadi karena faktor internal hewan yaitu faktor genetik dan fisiologis, sedangkan pada perwarnaan intraspesifik dilakukan dari proses pembelajaran (learning) yang melibatkan juga faktor fisiologis.
  4. Pada Mulerian coloratoin dua atau lebih spesies yang tidak dapat dimakan saling meniru satu sama lain contohnya pada kupu-kupu Heliconius atau kupu-kupu Monarch yang bertukar warna dengan kupu-kupu Viceroy, sedangkan pada Batesian coloration suatu spesies yang dapat dimakan (tidak berbahaya) meniru model/hewan yang tidak dapat dimakan (berbahaya) contohnya larva hawkmoth (ulat) meniru ular berbisa atau pada ular susu yang tidak berbisa meniru ular karang yang berbisa, selain itu dijumpai juga pada beberapa jenis lebah yang berbeda spesies. Jadi bedanya terletak pada model yang ditiru dan tingkat toksisitas. Kedua fenomena ini terjadi untuk menghindari predator atau sebagai mekanisme self defense. Keuntungannya bagi hewan adalah hewan yang menjadi prey (mangsa) mampu melanjutkan hidupnya dan berkembangbiak, sedangkan bagi predator perubahan dalam skala besar memudahkannya untuk mempelajari suatu penampakan sehingga cepat untuk menghindari mangsa terutama yang beracun.

Gambar. Mullerian coloration

Gambar. Batesian coloration

Gambar. Dendrobates pumilio dengan berbagai warna (interspesifik)

Referensi:
Campbell, et al. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Shiddiq, et al. 2004. Interspecific and Intraspecific Views of Color Signals in The Strawberry Poison Frog Dendrobates pumilio. Journal of Experimental Biology 207, 2471-2485 (2004).
 http://www.biologists.com/web/cob_copyright.html. 
 Diakses tanggal 16 April 2009.